Tuesday, September 11, 2007

Janji hanyalah sekedar ucapan belaka

Dear all...
Beberapa waktu belakangan ini ada sebuah pemikiran yang sepertinya tidak henti-hentinya berputar dalam otakku. Jawaban yang paling tepat masih belum kutemukan. Apa sih sebenarnya janji itu?

Kalau melihat di Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi terbaru, janji itu adalah :
1, ucapan yang manyatakan kesediaan dan kesanggupan untuk berbuat (spt hendak memberi, menolong, datang, bertemu).
2. persetujuan antara dua pihak (masing-masing menyatakan kesediaan dan kesanggupan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu)
3. syarat; ketentuan (yang harus dipenuhi)
4. penundaan waktu (membayar dsb); pengangguhan
5. batas waktu (hidup); ajal

wah kalau menilik dari penjelasan KBBI tadi, rasanya janji bisa menjadi sesuatu yang berat untuk dijalankan, ya... padahal kalau diingat-ingat lagi, berapa banyak kita sudah pernah berjanji pada orang lain tapi ujung-ujungnya lupa atau malah sengaja dilupakan?

"ya deh, nanti gw telepon..."
" bentar ya, abis ini gw ke tempat lo..."
" besok deh, janji!"
" lain kali saja, ya?"
" boleh, tidak merepotkan kok... nanti saya kirim ya emailnya"

or... something like that lah. Hmmm... janji kok akhirnya cuma sekedar pelengkap dalam sebuah percakapan tanpa ikatan ya? Betapa mudah kita melupakan janji yang kita ucapkan sendiri, tanpa tekanan atau paksaan orang lain.
Aku juga merasa menjadi bagian dari kelompok itu; kelompok yang gampang berucap janji, walaupun di dalam hati sudah ada keinginan untuk mengingkarinya. Yah... sekedar lip service lah... basa-basi, supaya percakapan lebih menarik. Sayang sekali... di agama padahal pernah dibilang juga kalau "Janji itu sama dengan Hutang!".

Ha? Hutang? Berapa banyak lagikah hutangku yang belum terbayarkan karena kelalaianku?
Padahal, kalau kita berhutang ke bank saja, setiap jam ada bunga yang harus dibayarkan juga. Hiiy.... ngeri juga!

Pemikiran ini terus timbul karena banyak sekali orang yang juga telah memberikan janjinya kepadaku, tapi tidak jelas ujung pangkalnya. Padahal, ada sebuah komitmen yang telah aku berikan sebelumnya dalam waktu yang sesingkat-singkatnya, sebagai bentuk tanggung jawab dan dedikasiku terhadap order yang mereka berikan.

Miris... ini bukan sekedar percakapan loh... ini berkaitan dengan kegiatan profesional. Betapa tidak berharganya sebuah janji. Betapa kita harus menahan napas dan menarik urat syaraf lebih dulu untuk mendapatkan apa yang pernah dijanjikan. Capek...

Ada lagi, berkaitan dengan segepok bahan bacaan dan informasi yang penting (untuk aku, terutama). Materi itu seharusnya sudah berpindah tangan, dari si pengucap janji ke tanganku. Tapi...?

Ah, mungkin aku terlihat terlalu idealis, terlalu memaksakan sesuatu. Tapi... apa iya janji sekarang perlu ditambahkan artinya di dalam KBBI di nomer 6, 7, 8, atau ke berapa lah... sebagai "pelengkap percakapan agar lebih menarik dan hidup, tanpa memiliki jangka waktu dan ikatan kesanggupan untuk dilakukan"?
Mungkin kalau artinya seperti itu, aku akan lebih bisa menyikapi sebuah janji dengan tangan mengipas-ngipas tanpa harus peduli kapan janji itu akan terbayar.

Oh well... betapa tidak berharganya sebuah janji sekarang ini...

No comments: