Wednesday, August 22, 2007

Here comes our baby...


Akhirnya.. setelah penantian yang panjang, setelah semua sesak napas dan bengkak dan sulit jalan, juga tidak lupa gatal-gatal di kulit... tamu istimewa yang ditunggu pun lahirlah sudah...

18 Mei 2007, 10:40 pagi... 48 cm/3.2kg

Muh. Farrell Nandana

Buah hati yang manis, cinta kami berdua, datang untuk meramaikan keluarga kecil kami yang bahagia. Selamat datang anakku...

Malam itu, tanggal 17 Mei 2007, seperti biasa aku n hubby duduk santai sambil ngobrol-ngobrol, nonton TV. Jam sudah mulai menunjukkan pukul 10 malem, dan aku mulai lapar lagi... *krucuk krucuk*. Tiba-tiba muncul keinginan untuk makan Big Mac (sudah lama juga ga makan burger Mc D yang ini...). So... kita dial saja 14045. Sempet terlontar pula kata-kata "sapa tau abis makan Big Mac si Ade' mau lahir ya...". Akhirnya, jadi juga makan BigMac, nyam nyammm... enak...

Setelah itu, sekitar pukul 1 pagi, rasa ngantuk mulai menyerang. Tapi perutku tak berhenti-hentinya bergejolak. Dik... sedang apa kamu? Lagi packing, kah? Hmmm... aku cuma bisa mengelus-elus perut buncitku sambil beranjak tidur.

Tak terasa, jam sudah menunjukkan jam 05.30 pagi. Aduhhh... pengen pipis! Ayo, bangun.... Tapi... loh, kok? Belum juga badanku bangun dari tempat tidur, terasa ada air yang membasahi kasur. Ah, sial... ngompol deh... Sementara, di dalam kamar mandi terdengar si hubby lagi mandi. Tapi tidak lama, terdengar suara kunci pintu dibuka. Nah... Muufff... aku mau ke kamar mandi! Sambil berjingkat aku pun bergegas masuk kamar mandi.

Anehh... pipis sudah... tapiii... kok air yang keluar gak brenti2 yaaa? OMG!!! Apa ini ya yang disebut air ketuban?? MUfffffff..... kayaknya ketubanku pecah nih...
Segera raut muka si hubby berubah panik dan bergegas meraih kunci mobil. Untung, semua perlengkapan perang sudah ada di bagasi sejak 2 bulan lalu (preventif toh...). Alhamdulillahnya, menurut si hubby aku tak terlihat panik sedikit pun, malah terlihat sangat santai.

Selembar sarung aku pakai untuk alas duduk di mobil, karena tahu air ketuban ini nggak bakalan bisa ditahan. Untung juga, hari itu Jumat pagi, jalanan agak sepi. Kurang dari 45 menit kami pun sampai di RS Yadika, Ciputat.

Aku pun langsung dibawa masuk ke ruang bersalin. Di sana, sudah ada juga seorang calon ibu yang katanya sudah dari semalam ada di sana. Wadow... psy war nih... kalo dia mengaduh-aduh atau menjerit-jerit setengah mampus, gimana gua???
Sebagai langkah awal, suster langsung mengecek air ketubanku dengan selebar kertas pH. WAAAKK! Sumpe sakit banget. Sialaaan.... huhuhu I hate periksa dalem. Dan hasilnya... positif itu air ketuban. Dr Didi pun siap-siap ditelepon (belakangan baru tau kalo dese rumahnya di Pd. Indah, jadi deket aje getoo). Alat monitor bayi pun dipasang diperut, dan satu buah tombol diberikan ke aku, dengan perintah kalau nanti baby bergerak, tombol itu hrs langsung dipencet. Aku dan baby pun dimonitor selama 20 menit.

Entah karena baby kekenyangan Big Mac atau karena semalem sibuk packing, baby jadi males gerak... digoyang-goyang sama suster pun diem aja. 20 menit berlalu, aku cuma pencet tombol 1 kali dan itu gerakannya pelaaan banget. Hmmm... aku masih tenang, malah sempet makan sepiring nasi kuning dan teh manis.

Calon ibu di sebelahku sudah positif harus cesar karena ketubannya sudah mulai hijau. Dia teriak-teriak ribut ga mau, heboh nyariin sodara2nya n suaminya dan blablabla lainnya yang membuat aku mulai unsteady. Pls God... beri aku kekuatan...! Singkatnya, akhirnya dia digelandang ke ruang operasi. Aku pun dipindah ke bed yang dia pakai. Waaahh.... mungkin gara2 periksa dalam berkali-kali, ketuban pun makin deras mengalir. Tapi, nggak ada rasa mules sedikit pun. Padahal menurut suster, harusnya sudah mulai ada rasa2 mules. Ah, whatever, pikirku...

Empat jam berlalu, tapi bukaan tetep di 1. Dr Didi dateng dengan pakaian perangnya, lengkap dengan boots dan scrubs warna hijau.

Hi, Doc...
Hai, gimana? Kita periksa dulu ya...
Tarik napas ya Bu.... Relaks aja...

AAAAGGGGHHHHH TATIIIIITTTT!!!!

Bu, jangan diangkat....

AAAAAAAA...... GUE BENCIIIIII....!!!!

Ibunya ngelawan sih..., kata suster. (Anjrott... emangnya ga sakit apa ya? sini luh gw colok...! Sebel!)

Hmmm...
Udah bukaan berapa dok?
Hmm.. belum ada tuh, masih sama... satu!
Waduw....

Belakangan, aku jadi trauma setiap kali dokter ngomong "yaakk... tarik napaaaasss, Bu... bilang Aaahhhhh....!!!"
Benciiiii.....
Sedihnya jadi perempuan...

eniwei, kondisi ga berubah... .

Dr pun menawarkan 2 hal... mau coba induksi 4 jam pertama untuk memancing bukaan, plus induksi lagi 4 jam kedua kalau ada bukaan (berarti 8 hours in pain), atau... langsung cesar aja karena kondisi ga mules dan air ketuban sudah banjir banjir.

Hmmmm... gimana nih? Aku sudah tahu kalau si hubby pasti ingin yang ternyaman dan terbaik, jadi aku sudah tahu jawabannya. Mama mertua n kakak iparku pun sudah siap menemani apa pun keputusan yang aku ambil saat itu.

Karena dr Didi sudah siap operasi pertamanya di hari itu, aku pun diberi waktu 1 jam untuk berpikir. I'll be back in 1 hour, he said. Ok, Doc...

1 jam kemudian...

Gimana? katanya...
hmmm... Yang paling baik yang mana ya dok?

Kedua-duanya jg baik... tapi melihat ketuban yang seperti ini, bisa jadi nanti waktu pembukaan penuh, ga bisa lahir normal jg, karena kurang cairan. Ujung-ujungnya cesar juga. Gimana?


Waduh, pikirku... sudah nahan 8 jam, tapi ujung-ujungnya cesar juga? Well, I hate waiting.

ya udah dok, cesar aja.

OK! siap-siap ya...

Aku pun segera diganti dengan baju operasi, infus dan kateter siap dipasang. Sumpah, di situ jantungku mulai berdegup keras. Kedua lutut jadi beradu tak bisa ditahan. OMG OMG OMG....!!! Setelah itu, aku pun digelandang masuk ke ruang operasi yang jauuuhh lebih dingin lagi. OMG... I'm panicking!!!! Rasanya seperti di film-film, ruangan yang penuh petugas dengan scrubs hijau-nya, lampu operasi yang gede banget... hiiiyyy...

Tindakan pertama di dalam ruangan itu adalah bius. Aku diposisikan duduk sambil memeluk bantal, sementara 2 orang suster memeluk badanku dari arah kanan dan kiri. Tidak lama kemudian... jusss.... jarum suntik menembus tulang belakangku dan obat bius nya masuk... Hiiy... nyetrum! Nggak lama juga... rasa hangat tiba2 mengaliri kedua kakiku. Nyamaaan banget setelah tadi kedinginan...

Yakk.. coba angkat kakinya bu, satu-satu...
*bisa*
bagusss...
Eh Bapak nih ketemu Ibu di mana sihh... pinter amat nyari istri...???
Apa siiihhh....

Yak buu... coba lagi angkat kakinya satu-satu
*gabisaboss..*

Doook.... mual.... mual.. mo muntaaahhh..
Oh iya Bu.. ini ditambah obat anti mual dulu yaaa...
Udah ga kuat dok... *huweeekkkk* (hahaha...muntah gw...)

3 menit kemudian...
Lahirlah Farrell... gila... prosesnya cepet banget... 1 5 menit-an, beres sudah. Bedah, ambil, tutup. Ckckck... bener-bener cekatan para dokternya. Ternyata pas tadi aku muntah-muntah, proses operasi sudah berjalan. Oh well... what an experience...

Setelah selesai operasi, seharusnya aku tidur karena masih dalam pengaruh bius dan ditambah obat tidur. Guess what... I didn't sleep for the next 24 hours... hahahah. Aku malah sibuk sms n telpon sana-sini, sampe dokter ngambek...

Bu... itu sebelahnya sudah ngorok kok malah Ibu SMS-an terus siiihh..
Yah dok, bentar yaaa...nanggung nih....
Hahahaha...

Alhamdulillah, aku cuma perlu waktu 3 hari di rumah sakit; itu sudah termasuk hari operasi dan recovery. Hari kedua di RS aku malah sudah bisa jalan-jalan dan terima tamu sambil duduk. Ahh, anakku.. kamu lucu sekali waktu dijemur di lorong RS... kamu sibuk nangis kepanasan, mancing baby2 yang lain buat nangis.. haha... sweet farrell...

.
.
.
.
.


Selesai?
Belum... sampai di rumah... ternyata aku kena juga serangan Baby Blues... For the next 3 weeks, my world seemed to turn upside down. I was having panic attacks every time Farrell cried. OMG... what should I do? Thanks to my hubby, he's so helpful and loving... There are no words to describe how much I appreciated you. Love you so much...

Thanks to :
All the nurses at RS International Bintaro - for humor me in my first trimester. You're the best!
All the nurses at RS Yadika - for taking care Farrell and also me.
dr. Didi Danukusumo, SpOG - for being a good and humorous doctor. If only we met sooner, ya dok, kayaknya bakalan lebih banyak lagi pertanyaan dari saya:D
dr. Rudiyanti, SpOG - yeah, you also deserve a thank you, doc, even I'm not quite sure about you in my third trimester.