Friday, April 10, 2015

Belanda, Negeri dengan Tirta Tanpa Cela

Untuk memastikan ketersediaan air bersih layak minum bagi seluruh warganya, Belanda terus mengupayakan inovasi berteknologi terkini.



“Pokoknya saya mau air minum saya nggak cuma bening, tapi nggak ada rasa dan nggak berbau. Apalagi setelah mempunyai anak, saya dan isteri semakin cermat dalam memilih apa saja yang akan kami konsumsi. Air minum yang kualitasnya meragukan sudah tentu akan kami tolak,” terang Inoel Arifin1, 37 tahun, warga Belanda yang sudah tinggal di Rotterdam sejak tahun 1992. Menurutnya, air minum berkualitas adalah sebuah keharusan, karena berhubungan dengan kesehatan.

Inoel tentu bukanlah satu-satunya yang menginginkan kesempurnaan dalam air minumnya sehari-hari. Beruntunglah, karena dari jumlah total penduduk Belanda yang mencapai 16,8 juta jiwa (menurut portal statistik online Statista tahun 2014), seluruhnya sudah dipastikan punya akses atas air bersih, bahkan bisa minum air langsung dari keran, dengan kualitas yang membanggakan: jernih, tanpa rasa, tanpa bau, dan bebas klorin!

Apa itu klorin?
Klorin adalah bahan kimia yang biasa digunakan sebagai disinfektan dari kontaminasi mikroorganisme yang terbawa dari aliran sungai, danau, maupun sumber air lainnya. Hampir di seluruh dunia saat ini masih menggunakan bahan ini, namun tidak dengan Belanda. Sejak tahun 2005, klorin sudah tidak lagi digunakan sebagai disinfektan dalam air minum di sana2.

Pemerintah Belanda mulai merasa khawatir sejak adanya hasil penelitian tahun 1974 oleh Jan Rook, ilmuwan kimia di Rotterdam. Rook menyatakan bahwa proses klorinasi air ternyata dapat memicu terbentuknya Trihalomethanes (THM) yang berisiko mengganggu kesehatan3. Segera setelah hasil penelitian ini dilaporkan, Pemerintah memutuskan mengurangi klorin hingga seminimal mungkin, lalu akhirnya total dihilangkan pada tahun 2005. Ini adalah sebuah revolusi besar dalam penanganan air minum bagi Belanda.

Menurut Inoel, meskipun efek samping klorin dipengaruhi oleh tingkat konsentrasinya di dalam air, secara pribadi ia enggan bila air minumnya berklorin, apalagi klorin diketahui bisa menimbulkan reaksi pada kulit, memicu sesak napas dan iritasi mata. “Air bercampur klorin sudah pasti berbau dan rasanya nggak enak. Untuk menyeduh minuman pun, rasa dan baunya tidak hilang, malah minumannya ikut berubah rasa,” kata Inoel.

Visi jangka panjang Belanda
Bahasan ini tidak akan memaparkan secara mendetil tentang bahan kimia turunan yang terbentuk dari proses klorinasi, namun secara umum, THM adalah bentukan dari klorin yang bereaksi dengan bahan organik maupun anorganik yang secara alami ada di dalam air, berupa kloroform, bromodiklorometan, dibromoklorometan, dan bromoform4. Selama bertahun-tahun, sejumlah peneliti dari seluruh dunia telah mengisyaratkan bahwa THM dalam kondisi tertentu dicurigai menjadi penyebab timbulnya penyakit kanker.

Meski risiko ini masih belum dapat dikonfirmasi secara total, baik oleh International Agency for Research on Cancer maupun WHO, namun tentu saja, sikap tegas yang dilakukan oleh Pemerintah Belanda perlu mendapat acungan jempol. Negeri ini sangat konsisten dalam mengedepankan kenyamanan dan keselamatan publik, dengan visi jangka panjang. Sikap ini menarik perhatian berbagai negara di dunia, apalagi dengan adanya keterlibatan ekstensif Belanda dalam berbagai institusi internasional, seperti WHO, UNESCO, UNICEF, Worldbank, juga dengan kontribusi aktif dari lembaga riset internasional dan lembaga ilmiah lainnya, seperti Kiwa dan TU Delft2.

WHO menyatakan bahwa semua orang, dalam tingkat perkembangan, sosial, dan kondisi ekonomi apapun, berhak atas akses air minum yang aman dalam jumlah yang mencukupi5. Di Belanda, orang tak perlu lagi repot untuk mendapatkan air minum, cukup putar keran, Anda bisa langsung meneguk air bersih ‘tanpa cela’ tersebut. Air minum dalam kemasan akhirnya dianggap masyarakat Belanda sebagai sebuah kesia-siaan; mahal dan tidak ramah lingkungan karena meninggalkan sampah plastik.

Masalah air oleh Pemerintah Belanda benar-benar mendapat perhatian yang utama, terbukti dengan ditetapkannya Drinking Water Act (Drinkwaterwet) dan Drinking Water Decree (Drinkwaterbesluit)6 yang mengawasi secara ketat manajemen air.


Sumber air bersih di Belanda
Lalu dari mana asal air minum yang ada di Belanda? Berdasarkan data dari VEWIN, asosiasi perusahaan air minum di Belanda, diketahui bahwa sebanyak 55% sumber air minum di Belanda diperoleh dari groundwater (air tanah), 40% dari surface water (air permukaan), sementara sisanya 5% didapatkan dari dune water (air dari gumuk/bukit berpasir)6.

Masing-masing air dari sumber air ini membutuhkan penanganan khusus sebelum akhirnya dinyatakan layak sebagai air minum, misalnya untuk air tanah disaring dengan menggunakan pasir, air permukaan dimurnikan dengan menggunakan ozon, hidrogen peroksida, dan UV-radiation1, kemudian dilanjutkan dengan menggunakan karbon aktif (granular activated carbon filtration – GAC).
  
Inovasi tanpa henti
Sayangnya, dengan makin tingginya polusi, juga air asin yang tercampur ke dalam air tawar – masalah yang dialami terutama di negeri-negeri di Eropa - kualitas air menjadi terancam. Tak ada jalan lain selain mencipta inovasi untuk mengatasi masalah tersebut, di antaranya:

Inovasi yang dilaporkan oleh VEWIN pada tahun 2014, salah satunya adalah ceramic-membrane yang dikembangkan oleh PWN Technologies dengan nama CeraMac®. Ceramic-membrane yang digunakan sebagai penyaring air, yang diyakini punya lebih banyak manfaat dibandingkan dengan membran polimer biasa, antara lain lebih hemat energi, memiliki produktivitas tinggi, lebih efisien, namun dengan upaya pemeliharaan yang rendah8.  Meski metode ini masih dalam pengujian dan akan dievaluasi lebih lanjut, namun VEWIN optimis atas potensinya yang menjanjikan di masa depan, terutama karena punya nilai ekonomis dan lebih ramah lingkungan.


Beberapa inovasi lain yang dikembangkan untuk memperbaiki kualitas air adalah sebagai berikut9:

1.   Teknologi NEREDA – proses purifikasi air limbah secara biologis: selesai pada tahun 2012, 2013, dan seterusnya.

Pada prinsipnya, air dalam pipa pembuangan air (sewage) dimurnikan dengan menggunakan bakteri yang sudah dikembangbiakkan secara khusus. Teknologi ini memungkinkan hilangnya sejumlah besar kotoran organik dan juga zat kimia seperti nitrogen dan fosfat di dalam air. Proses ini dapat menghemat ruang dan energi, juga lebih efisien. Lokasi proyek: Vroomshoop, Epe, Garmerwolde, Utrecht, South Africa, Brazil, dan Portugal.



2.   Desalination  
Manajemen air untuk masalah salinisation adalah melalui proses RO (reverse-osmosis). Melalui proses ini, 99% dari seluruh garam terlarut yang ada dalam air bisa dipisahkan, sehingga air yang tersisa bisa diolah menjadi air minum, irigasi, maupun untuk industri. Salah satu proyek yang berfokus pada masalah ini adalah Voltea BV, yang mengembangkan teknik Capacitive Deionization (CapDI). Lokasi proyek: Sassenheim.



Sudah tentu ini hanya sebagian kecil inovasi yang sedang dikembangkan di Belanda. Melalui inovasi-inovasi tersebut, Inoel dan keluarganya, juga siapa saja yang ada di negeri kincir angin tersebut, bisa minum setiap hari dari keran, tanpa takut sakit. Masa depan mereka lebih terjamin dengan kenyamanan yang lebih terlindungi. Cheers!



Referensi:

  1. Wawancara dengan narasumber: Inoel Arifin, dilakukan melalui email pada tanggal 6 April 2015.
  2. Drinking water and the Netherlands, http://ocw.tudelft.nl/fileadmin/ocw/courses/SanitaryEngineering/res00053/embedded/11_addendum_deel.pdf, diakses pada tanggal 5 April 2015.
  3. The Dutch secret: how to provide safe drinking water without chlorine in the Netherlands, http://repository.tudelft.nl/view/ir/uuid%3A620befdf-83a2-4a00-907a-3af64cd3fe68/, diakses pada tanggal 5 April 2015.
  4. About Thrihalomethanes, http://www.epa.gov, diakses pada tanggal 8 April 2015.
  5. Chlorine in Drinking-water, Background document for development of WHO Guidelines for Drinking-water Quality, www.who.int/water_sanitation_health/dwq/chlorine.pdf, diakses pada tanggal 8 April 2015.
  6. Towards better water quality, http://www.government.nl/issues/water-management/water-quality/towards-better-water-quality, diakses pada tanggal 6 April 2015.
  7. VEWIN Movie - “Ordinary Tapwater”, https://www.youtube.com/watch?v=IqchWXLgVXI, diakses pada tanggal 5 April 2015.
  8.  http://www.pwntechnologies.nl/solutions/ceramac/index.html, diakses pada tanggal 9 April 2015.
  9. Innovative water management projects combined, http://www.government.nl/news/2014/03/26/innovative-water-management-projects-combined.html, diakses pada tanggal 6 April 2015.

Sumber foto:

  1. Dokumentasi pribadi Inoel Arifin
  2. Healthfitnessrevolution.com
  3. Dutchwatersector.com
  4. Blog.epa.gov

Saturday, March 28, 2009

Earth Hour: Pada Ikutan Nggak Tadi?

Ikutan matiin lampu nggak tadi?
Itu loh... program Earth Hour, matiin lampu sejam dari jam stg 9 ampe stg 10 malem.
Sejam doang kok...

Ni pengamatan saya...
Jujur, saya nggak matiin listrik secara total.. AC masih nyala. Alasannya krn si baby udah bobo, takut dia malah rewel gara2 kepanasan. Tadi aja pas lampu dimatiin semua, dia mulai agak keganggu tuh, walopun sambil didekep, dia lanjut bobo lagi, ga jadi melek. Legaa...

Kulkas dan magic jar saya juga masih nyala tuh.. hehe... tapi almost all my lights di-ceklek-in mati tadi...

Tapi, ada satu pembenaran lagi niy buat saya... tadi sore, lagi2 PLN di daerah saya cari muka dengan matiin listrik selama 30 menit. Nah, walopun PLN salah liat jam pas matiin power-nya, setidaknya dosa saya nggak terlalu gede dong? hahaha

Lampu ruang tengah ama lampu depan rumah mati total. Gelapnya.... Tapi...?
Ternyata hampir semua tetangga saya ga matiin lampu tuh? Even cuma 1 titik doang mereka ga matiin. I wonder why... padahal kan ga pake di-charge ya buat matiin lampunya...
Coba bayangin kalo masing-masing kepala keluarga ditarikin duit misalnya untuk setiap titik lampu 1000 perak. Wah... boro2 deh... ini yang gratis aja pada nggak tergerak tuh hati kecilnya? hahaha... Berani jamin yang ada malah diprotes macem-macem.

Anyway...

Agak kaget juga pas ada temen yang bilang kalo ada rumah salah satu ibu yang namanya "besar" di negeri ini dengan warnanya yang berani, si you-know-who, wah...teuteup.....
terang benderang selama jam-jam mematikan lampu itu.

Knapa ya? apa nggak tahu, nggak mo tahu, atau... takut gelap? Hehe... sayang banget nggak tergerak buat ikutan unjuk gigi di program yang sangat simpel ini. Jalan-jalan protokol di Jakarta aja pada serempak gelap loh jam segituan tadi, itu saya liat dari hasil jepretan kamera temen saya di seputaran Sudirman dan sekitarnya.

Hmm... Saya jadi makin yakin deh ama orang yang bakalan saya pilih nanti... (mohon interpretasi masing-masing aja ya... hehe..).

Seneng juga rasanya ikut partisipasi buat program dunia kayak gini. Sekecil apapun, sebenernya gede artinya, setidaknya untuk hati kita sendiri. I love My Earth.

Monday, March 09, 2009

August 19

It took two digit numbers
for me to finally had the guts
to bring the matter back on the table.

Should it be that long?
But how come it still brought me pain and tears?
Why did it become so deep?

If only...
All that we could say now is "if only".

If only you were brave enough
If only I was strong enough
If only you were man enough
If only I was giving you a little chance

Maybe we could sit together as two adults
Maybe we would be able to walk hand in hand

Maybe I should not have gone away
Maybe you could drag me away from the path that made everything so f*&^%# miserable
Maybe...


Thursday, January 22, 2009

Panas Dalam pada Bayi dan Batita

Panas dalam pada bayi dan batita itu nggak boleh disepelein loh ternyata... ini baru aja kejadian ama aku...

Hari Senin
Aku dan suami kebetulan bisa balik dari kantor lebih cepet dari biasa. Seneng banget, berarti bisa main ama si baby lebih lama. Pas sampe rumah, the Nanny kasi laporan kalau pas abisa bangun tidur siang tadi, baby sepertinya agak panas badannya. Aku cek, hmmm... ya sih, tapi belum demam. Deg.. deg.... deg... persiapan terhadap demam sudah mulai harus dilakukan. Tapi... gara-gara apa ya demamnya...? Dia nggak batuk, nggak pilek, nggak diare kok...

Malamnya, beneran kejadian. Farrell mulai demam. Kalau nggak salah, panasnya 37.7. Duh, secara dia kalo demam itu selalu tinggi, gimana nggak sedih, panik, dan semua perasaan campur aduk lainnya... Masa setiap bulan harus experiencing fever sih??? huhuhhh....
Tindakan pertama, aku kasi Proris. Ibuprofen merek ini ternyata ok juga. Dapet referensinya juga dari dokternya Farrell sih... jadi kita selalu siapin ini di rumah.

Panasnya mulai turun, dan sampai 7 jam kemudian situasi aman terkendali. Minum susu juga masih lancar. Alhamdulillah.

Hari Selasa
Panasnya mulai naik lagi, kali ini di kisaran 38. Duh, anakku... kamu demamnya kenapa sih? Dibawa ke dokter juga masih belum bisa, karena belum 3 hari. Paling-paling sama dokternya juga cuma dikasi penurun panas dan disaranin banyak minum, seperti yang sudah dilakukan. Oke... kalau gitu monitor dulu.

Karena panasnya udah di kisaran 38, penurun panasnya diganti pake puyer panas yang dulu diresepin dokter. Puyer ini ada campuran obat anti kejangnya, jadi setidaknya mencegah step. Cuma tetep, ini nggak berarti panasnya udah kelar. Baby harus tetep dimonitor.
Sampai saat ini, Farrell masih mau makan (bubur) dan minum susu. Cuma udah mulai rewel, karena nggak bisa main dan tidur dengan bebas.

Sore, aku mulai curiga karena ngeliat Farrell jadi ngeces terus. Anak ini dari bayi bukan yang suka ileran, makanya ini harus dicatat. Dan hari ini, Farrell udah nggak bisa pup. Duh...
Empeng yang biasanya bisa nenangin dia kali ini nggak efek. Farrell bolak balik ngebuang empengnya trus nangis.
Hmmm... jangan-jangan ada sariawan nih...

Sepanjang hari itu Farrell ganti-gantian minum Proris dan puyernya, based on suhu badannya saat itu. Bibir dan mulutnya udah mulai memerah, trus dia udah ga mo makan dan minum susu sama sekali, tapi maunya air putih aja.

Malem, aku akhirnya menyimpulkan, ini beneran sariawan. Suami sempet ngeliat di lidahnya seperti ada luka. Hmm... dikasi apa ya??? Belum pernah kejadian sih...
Akhirnya inisiatif, aku kasi madu yang dicairin, karena anak ini pengennya minum air terus. Cuma kesian, dia udah mulai sulit menelan karena mungkin perih-perih ya... Hiks....

Hari Rabu
Panasnya udah mulai nggak setinggi kemaren. Cuma dia minum air putihnya pun mulai pelaaaaan banget. Susu sama sekali nggak mau, sereal pun cuma 1-2 sendok aja yang bisa masuk.

Eh yang namanya bantuan itu emang ya, nggak disangka-sangka. Wanti, my ex roomate tiba-tiba sms dan kita pun akhirnya telponan. Dia juga punya anak kecil, 2 in 1 pula alias kembar. Hehe... cerita punya cerita, dia ternyata pernah ngalamin. Si Matthew pernah sariawan sampe parah, trus dikasi Kandistatin. Ini bukan obat, melainkan mikroba hidup yang berguna untuk memperbaiki kondisi rongga mulut dan usus yang terganggu karena panas dalam. Wah, boleh juga!

Dosisnya 1 ml 3 kali sehari, ditetesin. Abis dikasi ini, sekitar 15 menit baby nggak boleh minum atau makan, supaya mikrobanya bisa bekerja maksimal. Rasanya manis, jadi nggak bakalan susah ngasinya. Farrell sih, biar obat pahit juga doyan... heheh...

Suami pun segera ke apotek buat beli ini dan juga larutan penyegar, soalnya kan si baby pengennya minum air terus. Setidaknya kalau dikasi larutan penyegar, dia nggak protes, dan obatnya masuk.

Alhamdulillah, setelah dikasi ini 2 kali, walaupun pas malem masih rewel-rewel karena berasa haus tapi nggak enak nelen, tadi sekitar jam 1-2 pagi, aku lihat Farrell udah pasang empeng sendiri, dan bobo dengan tenang. Pas aku kasi susu di botol, dia langsung menyambut dan minum sampa 150 ml. Alhamdulillah. Sekarang yang belum, tinggal pupnya.

Mudah-mudahan hari ini dia bisa sehat seperti sedia kala, dan main sebebas-bebasnya.

Panas dalam itu nggak main-main loh... bisa gawat kalo buat anak kecil.

Thursday, January 08, 2009

Heboh tapi salah

Suatu hari di saat libur Natal dan Tahun Baru.

"Eh, kan Jason Mraz mo ke Jakarta, tampil di Java Jazz..."
"Yang bener??"
"Iya kok, cek aja.."

Percakapan itu terjadi antara aku dan suami, beberapa hari menjelang Tahun Baru.

Aku tahu persis suamiku lagi jatuh cinta berat sama Jason Mraz (padahal udah bertahun-tahun lalu kali aku udah kasi tahu dia soal penyanyi muda yang lagu-lagunya oke banget itu, tapi waktu itu dia he'eh he'eh aja... hihihi.... )
Ternyata dia langsung kayak orang kesetrum. Browsing sana-sini, donlod sana-sini. Nggak di mobil, nggak di iPhone, lagunya Jason Mraaaazzzz mulu sampe mulai mbleneq akunya karena kebosenan... ahahahhaa nggak deng, Jason is still debes!!!

Surprisingly, kali ini suamiku sangat sangat saaaangggaaaaaat berbaik hati dan semangat 45 buat spare budget buat kita nonton live concert Java Jazz 2009. Menurut skedul, Jason bakal tampil di hari pertama, yaitu Jumat 6 Maret 2009.

Ugh, rasanya kayak Lebaran, Thanksgiving, Natalan, Tahun Baru, Kwanzaa dan Hanukkah jatuh pada hari yang sama... ahahahahahah! Ini langka banget... soalnya, setiap kali aku ngajak dia nonton konser or hang out di club, dianya pasti ogah-ogahan, kadang milih buat biarin aku dan gank weitje-weitje gaul kongkow sementara dia jemput doang, atau malah mempersilahkan aku nebeng salah satu de'gank pulang jam 3 pagi (weiiitsss... itu duluuu.... pas belum punya baby. Sekarang? wahhhh mana sempaaattt).

Singkat cerita, kita belilah tiket itu secara online, dengan harga early bird yang super murah. Wahhh... asik....!
Kata suami, email konfirmasi pembelian online itu harus ditukar dengan tiket asli mulai tanggal 2 Januari, di Sultan Hotel. Hmmm... boleh juga, sekalian jalan-jalan after ngendon mulu di rumah karena nggak enak bodi.

Meluncurlah kita bertiga plus the nanny sore-sore di tanggal 2 Januari ke Sultan Hotel, sambil bayangin nanti pulangnya makan di Foodism di FX.
Ehhhh lhadalah, pake acara salah masuk lobby-nya, harusnya di lobby Lagoon, ini malah di Lobby Semanggi, yang ternyata nggak nyambung, jadi kita harus bayar 3000 buat parkir (yang nggak parkir juga kitanya), trus masuk lagi lobby Lagoon yang bayarnya 3000 lagi. Weeekkk.... mahal amat siy parkirnyaaa.....

Masuk di lobby... eh, kok sepi... nanya ah sama reception...
loh... kok dia juga nggak tahu...

Akhirnya suami nelpon dong ke hotline-nya Java Jazz...
.
.
.
.
keep going...
.
.
.

lagih!
.
.
.

eng ing eeeeengggg.....

TIKET BARU BISA DITUKER 2 MARET KALI BOOOOOOO!!!!!!

wahahahahahaha.... aku antara sebel dan pengen ngakak (tapi kesian juga liat muka suamiku... hihih)

YA ALLAH PAAAAA..... padahal di emailnya jelas-jelas ditulis 2 Maret (aku sempet heran juga kok tumben nuker tiketnya bisa 2 bulan di depan... weeeee..... salah baca tohhhh????)
Aku ya nggak ikutan baca email itu... still yakin juga.... hihihi.... dasarrr....

Intinya, bayar 6000 parkir buat salah baca email... wakakakakakak.... ampun deh... ya gitu deh...suamiku mendadak heboh berat sejak jadi groupy-nya Jason Mraz...


Friday, December 19, 2008

For Moms : Things You Need to Know About Fever

Sumber : di sini

APAKAH DEMAM ITU?

Tubuh kita memiliki hipotalamus anterior di otak yang bertugas mengatur agar suhu tubuh stabil (termostat) yaitu berkisar 37 +/- 1 derajat selsius.

Pengukuran Suhu

Suhu di daerah dubur (temperatur rektal) paling mendekati suhu tubuh sebenarnya (core body temperature). Suhu di daerah mulut atau ketiak (aksila) sekitar 0,5 sampai 0,8 derajat lebih rendah dari suhu rektal, dengan catatan setelah pengukuran selama minimal 1 menit. Tidak dianjurkan mengukur (“menebak”) suhu tubuh berdasarkan perabaan tangan (tanpa mempergunakan termometer)

Fisiologi Demam (Bagaimana Demam Terjadi)

Demam biasanya terjadi akibat tubuh terpapar infeksi mikroorganisme (virus, bakteri, parasit). Demam juga bisa disebabkan oleh faktor non infeksi seperti kompleks imun, atau inflamasi (peradangan) lainnya. Ketika virus atau bakteri masuk ke dalam tubuh, berbagai jenis sel darah putih atau leukosit melepaskan “zat penyebab demam (pirogen endogen)” yang selanjutnya memicu produksi prostaglandin E2 di hipotalamus anterior, yang kemudian meningkatkan nilai-ambang temperatur dan terjadilah demam. Selama demam, hipotalamus cermat mengendalikan kenaikan suhu sehingga suhu tubuh jarang sekali melebihi 41 derajat selsius.

DAMPAK DEMAM

Dampak Menguntungkan terhadap Fungsi Imunitas (Daya Tahan) Tubuh

Beberapa bukti penelitian ‘in-vitro’ (tidak dilakukan langsung terhadap tubuh manusia) menunjukkan fungsi pertahanan tubuh manusia bekerja baik pada temperatur demam, dibandingkan suhu normal. IL-1 dan pirogen endogen lainnya akan “mengundang” lebih banyak leukosit dan meningkatkan aktivitas mereka dalam menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Demam juga memicu pertambahan jumlah leukosit serta meningkatkan produksi/fungsi interferon (zat yang membantu leukosit memerangi mikroorganisme).

Dampak Negatif

Pertama, kemungkinan dehidrasi (kekurangan cairan tubuh). Ketika mengalami demam, terjadi peningkatan penguapan cairan tubuh sehingga anak bisa kekurangan cairan.

Kedua, kekurangan oksigen. Saat demam, anak dengan penyakit paru-paru atau penyakit jantung-pembuluh darah bisa mengalami kekurangan oksigen sehingga penyakit paru-parau atau kelainan jantungnya infeksi saluran napas akut (Isakan semakin berat.

Ketiga, demam di atas 42 derajat selsius bisa menyebabkan kerusakan neurologis (saraf), meskipun sangat jarang terjadi. Tidak ada bukti penelitian yang menunjukkan terjadinya kerusakan neurologis bila demam di bawah 42 derajat selsius.

Terakhir, anak di bawah usia 5 tahun (balita), terutama pada umur di antara 6 bulan dan 3 tahun, berada dalam risiko kejang demam (febrile convulsions), khususnya pada temperatur rektal di atas 40 derajat selsius. Kejang demam biasanya hilang dengan sendirinya, dan tidak menyebabkan gangguan neurologis (kerusakan saraf). Lihat guideline kejang demam.

Demam seringkali disertai dengan gejala lain seperti sakit kepala, nafsu makan menurun (anoreksia), lemas, dan nyeri otot. Sebagian besar di antaranya berhubungan dengan zat penyebab demam tadi.

Demam pada Infeksi Virus

Demam pada bayi dan anak umumnya disebabkan oleh infeksi virus. Pada demam yang disertai sariawan, ruam cacar, atau ruam lainnya yang mudah dikenali, virus sebagai penyebab demam dapat segera disimpulkan tanpa membutuhkan pemeriksaan khusus. Demam ringan juga dapat ditemukan pada anak dengan batuk pilek (common colds), dengan rinovirus salah satu penyebab terseringnya. Penyebab lain demam pada anak adalah enteritis (peradangan saluran cerna) yang disebabkan terutama oleh rotavirus.

Penyakit yang disebabkan virus adalah self-limiting disease (akan berakhir dan sembuh dengan sendirinya).

Demam pada Infeksi Bakteri

Di antara demam yang disebabkan oleh infeksi bakteri pada anak, salah satu yang paling sering ditemukan adalah infeksi saluran kemih (ISK). Umumnya tidak disertai dengan gejala lainnya. Risiko paling besar dimiliki bayi yang berusia di bawah 6 bulan.

Infeksi bakteri yang lebih serius seperti pneumonia atau meningitis (infeksi selaput otak) juga dapat menimbulkan gejala demam. Namun demikian persentasenya tidaklah besar. Dari bayi > 3 bulan dan anak 1-3 tahun dengan demam > 39C, hanya 2% (1–3.6%) saja yang bakterinya sudah memasuki peredaran darah (bakteremia).

Pada golongan usia ini, program imunisasi HiB berhasil menurunkan risiko meningitis bakterial secara sangat signifikan. S. pneumoniae (penyebab utama infeksi bakteri yang cukup serius) hanya ditemukan pada < 2 % populasi. Dan sebagian besar anak dalam golongan usia ini dapat mengatasi S. pneumoniae tanpa antibiotika. Hanya 10 %-nya yang berlanjut menjadi pneumonia yang lebih berat dan 3-6 % menjadi meningitis.

Usia yang menuntut kewaspadaan tinggi orangtua dan dokter adalah usia di bawah 3 bulan. Bayi harus menjalani pemeriksaan yang lebih teliti karena 10 %-nya dapat mengalami infeksi bakteri yang serius, dan salah satunya adalah meningitis. Untuk memudahkan penilaian risiko tersebut, Rochester menetapkan beberapa poin untuk mengidentifikasi risiko rendah infeksi bakteri serius pada bayi yang demam. Kriteria Rochester ini adalah:

  • Bayi tampak baik-baik saja
  • Bayi sebelumnya sehat :
    • Lahir cukup bulan (≥ 37 minggu kehamilan)
    • Tidak ada riwayat pengobatan untuk hiperbilirubinemia (kuning) tanpa sebab yang jelas
    • Tidak ada riwayat pengobatan dengan antibiotika
    • Tidak ada riwayat rawat inap
    • Tidak ada penyakit kronis atau penyakit lain yang mendasari demam
    • Dipulangkan dari tempat bersalin bersama / sebelum ibu
  • Tidak ada tanda infeksi kulit, jaringan lunak, tulang, sendi, atau telinga
  • Nilai laboratorium sebagai berikut :
    • Leukosit 5000 – 15000/µl
    • Hitung jenis neutrofil batang 1500/µl
    • ≤10 leukosit/LPB di urin
    • ≤ 5 eritrosit (sel darah merah)/LPB pada feses bayi dengan diare

Walaupun diketahui bahwa sebagian besar penyebab demam adalah infeksi virus, namun data menunjukkan bahwa justru sebagian besar tenaga medis mendiagnosisnya sebagai infeksi bakteri. Dalam satu penelitian di Amerika Serikat, persentase ini mencapai 56 %. Dan pada penelitian yang sama masih ditemukan adanya pemberian antibiotik pada demam yang belum jelas diidentifikasi penyebabnya (virus atau bakteri).

Efek Obat Pereda Demam (Antipiretik)

Sebuah penelitian melaporkan relawan dewasa yang secara sukarela diinfeksi virus Rhinovirus dan diterapi dengan aspirin dosis terapetik (dosis yang lazim digunakan dalam pengobatan), lebih cenderung menjadi sakit dibandingkan yang mendapatkan plasebo. Hasil serupa (meski tidak signifikan), dilaporkan dengan penggunaan aspirin dan parasetamol. Lebih lanjut, penggunaan kedua obat ini, ditambah ibuprofen, meningkatkan penyumbatan di hidung (obstruksi nasal) dan menekan respon antibodi Penelitian-penelitian lain belum menunjang temuan ini.

Pada sebuah survei terhadap 147 anak dengan infeksi bakteri, tidak ada perbedaan lama rawat inap pada mereka yang diberi dua atau lebih obat antipiretik, dibandingkan yang menerima satu, atau sama sekali tidak diberi antipiretik.

Sebuah penelitian randomized terhadap anak-anak demam yang diduga akibat virus, menunjukkan parasetamol tidak mengurangi lamanya demam dan tidak menghilangkan gejala-gejala yang terkait. Namun demikian, parasetamol membuat anak sedikit lebih aktif dan lebih bugar.

REKOMENDASI TATA LAKSANA DEMAM

Pengobatan dengan Antipiretik

Mekanisme Kerja

Parasetamol, aspirin, dan obat anti inflamasi non steroid (OAINS) lainnya adalah antipiretik yang efektif. Bekerja dengan cara menghambat produksi prostaglandin E2 di hipotalamus anterior (yang meningkat sebagai respon adanya pirogen endogen).

Parasetamol

Parasetamol adalah obat pilihan pada anak-anak. Dosisnya sebesar 10-15 mg/kg/kali.

Parasetamol dikonjugasikan di hati menjadi turunan sulfat dan glukoronida, tetapi ada sebagian kecil dimetabolisme membentuk intermediet aril yang hepatotoksik (menjadi racun untuk hati) jika jumlah zat hepatotoksik ini melebihi kapasitas hati untuk memetabolismenya dengan glutation atau sulfidril lainnya (lebih dari 150 mg/kg). Maka sebaiknya tablet 500 mg tidak diberikan pada anak-anak (misalnya pemberian tiga kali tablet 500 mg dapat membahayakan bayi dengan berat badan di bawah 10 kg). Kemasan berupa sirup 60 ml lebih aman.

Aspirin

Merupakan antipiretik yang efektif namun penggunaannya pada anak dapat menimbulkan efek samping yang serius. Aspirin bersifat iritatif terhadap lambung sehingga meningkatkan risiko ulkus (luka) lambung, perdarahan, hingga perforasi (kebocoran akibat terbentuknya lubang di dinding lambung). Aspirin juga dapat menghambat aktivitas trombosit (berfungsi dalam pembekuan darah) sehingga dapat memicu risiko perdarahan). Pemberian aspirin pada anak dengan infeksi virus terbukti meningkatkan risiko Sindroma Reye, sebuah penyakit yang jarang (insidensinya sampai tahun 1980 sebesar 1-2 per 100 ribu anak per tahun), yang ditandai dengan kerusakan hati dan ginjal. Oleh karena itu, tidak dianjurkan untuk anak berusia < 16 tahun.

Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS)

Jenis OAINS yang paling sering digunakan pada anak adalah ibuprofen. Dosis sebesar 5-10 mg/kg/kali mempunyai efektifitas antipiretik yang setara dengan aspirin atau parasetamol. Sama halnya dengan aspirin dan OAINS lainnya, ibuprofen bisa menyebabkan ulkus lambung, perdarahan, dan perforasi, meskipun komplikasi ini jarang pada anak-anak. Ibuprofen juga tidak direkomendasikan untuk anak demam yang mengalami diare dengan atau tanpa muntah.

Jenis Lainnya

Turunan pirazolon seperti fenilbutazon dan dipiron, efektif sebagai antipiretik, tetapi jauh lebih toksik (membahayakan).

Terapi Suportif

Upaya Suportif yang Direkomendasikan

Tingkatkan asupan cairan (ASI, susu, air, kuah sup, atau jus buah). Minum banyak juga mampu menjadi ekspektoran (pelega saluran napas) dengan mengurangi produksi lendir di saluran napas. Jarang terjadi dehidrasi berat tanpa adanya diare dan muntah terus-menerus.. Hindari makanan berlemak atau yang sulit dicerna karena demam menurunkan aktivitas lambung.

Kenakan pakaian tipis dalam ruangan yang baik ventilasi udaranya. Anak tidak harus terus berbaring di tempat tidur)tetapi dijaga agar tidak melakukan aktivitas berlebihan.

Mengompres atau anak dengan air hangat dapat dilakukan jika anak rewel merasa sangat tidak nyaman, umumnya pada suhu sekitar 40 selsius. Mengompres dapat dilakukan dengan meletakkan anak di bak mandi yang sudah diisi air hangat. Lalu basuh badan, lengan, dan kaki anak dengan air hangat tersebut.

Umumnya mengompres anak akan menurunkan demamnya dalam 30-45 menit. Namun jika anak merasa semakin tidak nyaman dengan berendam, jangan lakukan hal ini.

Upaya Suportif yang Tidak Direkomendasikan

Upaya ‘mendinginkan’ badan anak dengan melepaskan pakaiannya, memandikan atau membasuhnya dengan air dingin, atau mengompresnya dengan alkohol. Jika nilai-ambang hipotalamus sudah direndahkan terlebih dahulu dengan obat, melepaskan pakaian anak atau mengompresnya dengan air dingin justru akan membuatnya menggigil (dan tidak nyaman), sebagai upaya tubuh menjaga temperatur pusat berada pada nilai-ambang yang telah disesuaikan. Selain itu alkohol dapat pula diserap melalui kulit masuk ke dalam peredaran darah, dan adanya risiko toksisitas.

KESIMPULAN

Pandangan masyarakat akan demam terus berubah. Kini demam dianggap sebagai respon ‘sehat’ terhadap penyakit dan dianggap wajar. Pengobatan secara ‘agresif’ harus dibuktikan oleh bukti-bukti ilmiah. Sehingga terapi yang rasional adalah menenangkan pasien dan tenaga kesehatan, serta meyakinkan bahwa merekalah yang ‘mengendalikan’ penyakit anaknya, bukan ‘dikendalikan’ penyakit.

Upaya menangani demamnya bukanlah prioritas utama. Tindakan pertama adalah mengidentifikasi adakah infeksi bakteri (pneumonia, otitis media, faringitis streptokokus, meningitis, atau sepsis), dan kalau perlu merujuk ke RS untuk tindakan selanjutnya.

Baik orangtua maupun tenaga kesehatan seharusnya tidak otomatis memberikan obat pereda demam pada semua anak demam. “Tangani anaknya, bukan termometernya”. Usaha meredakan demam lebih ditujukan mengatasi ketidaknyamanan anak (jika memang signifikan), dan biasanya diperoleh melalui pemberian parasetamol secara oral pada anak yang hanya mengalami demam tinggi saja. Hal ini akan menciptakan layanan kesehatan (dan keluarga) yang efisien semata-mata ditujukan bagi kebaikan anak, menekankan pada upaya mencari penyebab serta melalui usaha mengurangi polifarmasi yang tidak perlu, serta memprioritaskan pengobatan esensial saja.

(Disusun oleh dr Arifianto dan dr Nurul Itqiyah Hariadi)


Tuesday, December 16, 2008

Bizarre Things di Dunia tanpa Batas

Somehow aku baru nyadar kalo ternyata dunia maya ini really really so powerful that sometimes bizarre things can happen beyond your imagination. Ini baru aja kejadian, boro-boro kepikiran kali, mimpi juga nggak... Jadi gini...

Sekitar bulan September atau Oktober lalu, aku lagi seneng-senengnya nonton TV series yang namanya "Lipstick Jungle". Plotnya sih ya.. semacam "Sex and the City" or "Desperate Housewives" gitu, tentang sekumpulan ibu-ibu dengan segala permasalahan yang dihadapinya. Cuma segmentasinya kalo LJ ini lebih ke yang usianya 40 something kali ya, tetep di dunia kerja. Dengan mengusung fashion dan gaya hidup kelas Cosmopolitan, serial ini menurutku keren. The shoes are to die for banget... keren mentok deh...hihihih...

Anyway, aku punya kebiasaan kalo abis nonton film, aku selalu berusaha mencari tahu lagu-lagu apa saja yang menghiasi film itu, entah soundtrack beneran, atau sekedar scoring atau yang numpang lewat pun, kalau bisa aku catet dan aku cari. Itung-itung buat koleksi lagu yang sejauh ini udah ratusan banyaknya. Biarpun kadang kelupaan di-copy dan berakhir dengan tragis (lenyap tiba-tiba karena crash or human error lainnya), yang jelas, kebiasaan ini sudah aku lakukan selama kurang lebih 5 tahun terakhir. Intinya, seneng aja.

Time goes by, bandwidth disedot di sana sini, di-edit, dirapi-rapiin... sampai akhirnya aku tahu soal salah satu jazz band yang jadi pengisi musik di film LJ. Namanya "Project Grand Slam". Nyari lagu-lagunya susaaaah.... dapet juga 1, itu pun yang dibagi gratis di iLike, karena ternyata mereka belum launch albumnya. Hmmm... ooookkeee... sabar dulu deh. Sambil nunggu-nunggu yang gratisan, hehe...

Nah, ini menariknya. Dua hari yang lalu, ada seseorang yang add friend ke aku di FB, sambil ngasi personal message : "Aku tahu kamu dari iLike, katanya kamu salah satu fan PGS". Fotonya seemed familiar, tapi ah ya sudahlah... sesama fan PGS, aku pikir. Approved, sambil aku balesin : "Hai, makasih ya udah nge-add. Seneng juga kenal sama yang interestnya sama". Sent.

Cuma abis itu kok penasaran ya... ni foto kayaknya kenal... aku buka aja webnya PGS dong.... JENG JEEEEENGGGG!!!! Boooo, dia tuh pianisnya PGS ternyata! Dan account di FB-nya itu sama sekali bukan fan account, tapi bener-bener personal account! Artinya, aku berhadapan dengan PGS, in person!
Whahahahahahahahahahah waduuuuhhh...salah ngomong dong aku tadi?? Rada tengsin juga, tapi cuek lah, dah kekirim juga tadi PM-nya, hihi...

Tapi di balik itu, aku sumpah kaget juga, ternyata yang selama 2 bulan kemaren aku cari-cari, googling sana sini, eh... malah jadi kenal gitu. Dia mungkin heran juga, ada fan dari Indonesia, negeri yang bisa jadi menurut dia masih penuh hutan belantara, belum ada listrik, rumah-rumahnya masih di atas pohon, somewhere di pedalaman Bali. Hahahah... Ini real assumption around bule-bule di belahan dunia sana loh, jadi nggak bole protes.

Dan kita sekarang sedang berbalas email, ngobrol santai. Seru. Masih amazed, tapi seru.

Ugh, bener-bener "dunia tanpa batas" itu sekarang sangat terasa. Gimana nggak... mana pernah sih kebayang bahwa di dunia maya, kita bisa dekat dan ngobrol dengan siapa saja, famous people, crazy guys, kids, adults, nobody, male, female, et cetera... dengan sangat mudah, dengan modal keyboard dan kabel internet doang. Instant response, lagih... Ckckckckckck..... angkat topi buat teknologi.