Monday, February 07, 2005

Kapan? Berapa bulan?



"Kapan merit?"
"Udah isi belom?"
"Kapan nih si XXX ada adiknya?"
"Blablabla...?"

Sebetulnya masih banyak lagi pertanyaan yang biasa kita denger kalau sedang ada acara keluarga atau pertemuan-pertemuan sejenisnya. Pertanyaan yang standar sih untuk "breaking the ice", istilahnya - untuk memulai pembicaraan. Tapi... pernah nggak terpikir kalau pertanyaan-pertanyaan itu terkadang dampaknya jadi kurang baik?

Hhh.... *narik napas sebentar*

Buat temen-temen deket, mungkin udah tau nih tulisan mau mengarah ke mana. Oh well... biarin aja. Pengen aja kok nulis tentang ini. Soalnya lama-lama pertanyaan model ini jadi annoyying sekali.... setidaknya buat aku secara pribadi.

Ah... jangan dimasukin hati - mungkin beberapa dari Anda akan bilang begitu. Tapi... tidak buatku. Setidaknya, ada 1000 kali mungkin pertanyaan ini aku dengar, terutama yang di baris ke 2.
Kenapa sih? kenapa harus nanya-nanya seperti itu? apa menurutmu itu tanda bahwa kau perhatian? TIDAK.
What if orang yang kamu tanyain itu sudah muak mendengar pertanyaan yang sama dari orang-orang lain, over an over again? Pernah nggak kepikir ke sana? MAYBE NOT. Well, mulai mikir deh dari sekarang.

Jangan salah... I don't mean to be rude here, no siree... nggak. Hanya saja, kalau tidak ada yang memulai, pasti tidak akan jadi begini urusannya.
Mungkin lebih baik kalau aku mulai pelan-pelan, dari awal sekali....

Dulu, pada saat aku masih sendiri, statusku punya pacar, tapi belum dipublikasikan, belum pernah kudengar pertanyaan di baris pertama. Dari keluarga maupun dari lingkungan teman-teman. Alhamdulillah... sukuuur...sukuuur.... Dan akhirnya, toh aku menikah atas kemauan sendiri, tanpa ada paksaan... dan semua berjalan dengan lancar dan mudah. Tak ada halangan yang berarti, mungkin hanya soal kain seragam yang ga jelas berapa meter harus dibeli, warna apa... dan blablabla lainnya yang ga terlalu penting.

Dan tibalah masalah itu. Sebagai suami istri yang bekerja dan dikaruniai logika yang cukup sehat, kami memutuskan untuk menjalani kehidupan berumah tangga sebagaimana yang kami sukai. Kami menikmati setiap menit dan setiap detik kehidupan kami berdua sesuai dengan komitmen kami. Sampai suatu ketika, aku mulai merasa terganggu dan ter"zalimi" dengan pertanyaan-pertanyaan (yang thank God bukan dari keluargaku) soal kapan kami punya anak dsb. Di usia pernikahan kami yang masih tergolong baru (below 3 years lah ya...), aku mulai merasa diteror oleh pertanyaan yang diajukan orang orang asing (pokoknya yang selama ini tidak ada andil dalam kehidupanku dan suami - jadi kita anggap completely strangers), yang sepertinya tiba-tiba merasa concern dengan ketidakhamilanku sampai sekarang. WHO IN THE WORLD ARE YOU ANYWAY?

Aku nggak marah... bener deehhh.... hhhhhh *narik napas lagi*

Sebenarnya, apa sih untungnya bertanya seperti itu? Apa salahnya bila kami ingin mempersiapkan diri dan mental untuk kehadiran buah hati kami? Apa salahnya bila kami ingin memberikan yang terbaik untuk putra/putri kami? Apa salahnya bila kami mulai dari sekarang memperhitungkan dengan matang segala sesuatunya sebelum Tuhan mempercayakan kepada kami seorang anak? Memangnya situ yang mau bantu ngerawat n biayain yaaaa????

Awalnya, memang jawaban manis plus madu seliter yang aku berikan.... tapi lama-lama...? Stok madunya abis juga.... gila aja... the same ol'question everytime we meet? Akhirnya sikap defensif lah yang keluar... belum-belum, kalau bisa, mendingan menyingkir...
Pls... give me a break... ketahuan sekali kalau mereka-mereka itu nggak punya stok pertanyaan lain... huahaha.... Tapi aku salut dan sangat berterima kasih kepada orang tua kami yang hingga saat ini belum pernah mengucapkan sepatah kata pun tentang ini. Mereka sangat supportive dan menyerahkan sepenuhnya kepada kami. Aku bersyukur sekali... alhamdulillah.....

Last night, aku dan suami datang ke acara pernikahan teman... everything 's OK, until.... the groom with his highest spirit aksed : Waaa... udah brapa bulan nih??

$%^%#$&%^#^!!!!

Emangnya gw hamil ya? Atau mendadak gw gendut kayak babi? *nyaris collapse*

Oh well, mungkin memang kita tidak akan pernah bisa lepas dari itu... menikah karena sudah terlalu sering ditanya kapan merit, punya anak karena udah bosan ditanya kapan hamil... punya anak banyak karena sering ditanya orang kapan si anu punya adik.... isn't it pathetic?

Apa kita memang sudah tidak bisa lepas dari those " million dollar questions" ya?

Hiks... hiks... hiks... *pengen exodus *




No comments: